Ngampus di Jerman: Language Barrier
12:33 PMSemester kedua, keadaan belum berubah. Masih pengen nangis.
Belajar ilmu sosial di Jerman itu subhanallah sekali loh. Berbeda dengan jurusan yang lain, jurusan ilmu sosial itu jarang ujian. Sebagai gantinya, kita harus submit essays mulai dari yang 3-5 halaman sampai yang 10-15 halaman. Selain itu kelas-kelas dipenuhi dengan diskusi dan tukar pikiran. At first, I thought that's really nice. I love discussion! apalagi membahas keadaan sosial dan pendidikan saat ini. Tapi ternyata, mengemukakan pendapat dengan bahasa lain (read: Jerman) itu susah.
Model belajar kita di kampus, bukan hanya mendengarkan dosen cerita di depan kelas. Tapi kita juga aktif mencari input dengan membaca teks wajib pemberian si dosen. Lalu setelah itu kita harus merangkum dan mendiskusikan isi teks tersebut di kelas.
Untuk memahami isi teks, alhamdulillahnya tidak ada masalah. Namun karena keterbatasan bahasa, cara kita menyampaikannya kembali yang tergolong sulit. Well, I believe mereka paham dengan apa yang gue utarakan. Tapi dari diri gue sendiri yang selalu ga puas. "What I want to say is more than that"," Mereka pasti ga nangkep sesuai dengan ekspektasi gue". And it's frustrating. Karena suara-suara itu, I choose to be silent. And I hate it.
Tapi nyatanya, berdamai dengan keresahan tidak mudah. Well, still here watching them disscusing lots of interesting things.
I hope I can cope with this problem soon, real soon. When I did, I will definitely tell you how.
0 Comment(s)